Kata Mountaineering secara bahasa artinya adalah teknik mendaki gunung. Dalam bidang Mountaineering. Teknik pendakian terbagi atas tiga yakni :
- Alfin Taktik adalah teknik pendakian yang dilakukan dimana tim pendaki hanya sekali jalan sampai tujuan (tanpa camp sebelum mencapai puncak).
- Himalayan taktik adalah teknik pendakian yang dilakukan dimana sistem pendakiannya tim harus camp sebelum mencapai puncak atau tujuan.
- Soloclimbing adalah teknik pendakian yang dilakukan seorang diri.
Mendaki gunung dalam pengertian
Mountaineering terdiri dari tiga tahap kegiatan, yaitu :
1. Hill
Walking (Berjalan)
Hill walking atau hiking adalah
sebuah kegiatan mendaki daerah perbukitan atau menjelajah kawasan bukit yang
biasanya tidak terlalu tinggi dengan derajat kemiringan rata-rata di bawah 45
derajat. Dalam hiking tidak dibutuhkan alat bantu khusus, hanya mengandalkan
kedua kaki sebagai media utamanya. Hill Walking adalah kegiatan yang paling
banyak dilakukan di Indonesia. Kebanyakan gunung di Indonesia memang hanya
memungkinkan berkembangnya tahap ini.
Berikutnya dalam mountaineering
adalah scrambling dan merupakan kegiatan mendaki gunung ke wilayah-wilayah
dataran tinggi pegunungan yang kemiringannya lebih ekstrim (kira-kira di atas
45 derajat). Kalau dalam hiking kaki hal yang paling utama maka untuk
scrambling selain kaki, tangan sangat dibutuhkan sebagai penyeimbang atau
membantu gerakan mendaki. Karena derajat kemiringan dataran yang lumayan
ekstrim, keseimbangan pendaki perlu dijaga dengan gerakan tangan yang mencari
pegangan. Dalam scrambling, tali sebagai alat bantu mulai dibutuhkan untuk
menjamin pergerakan naik dan keseimbangan tubuh.
Level mountaineering yang paling
ekstrim adalah climbing yang mutlak memerlukan alat bantu khusus seperti
karabiner, tali panjat, harness, figure of eight, sling, dan sederetan
peralatan mountaineering lainnya. Kemiringannya sangat ekstrim lebih dari 80
derajat.
2. Rock
Climbing (Memanjat)
Rock Climbing adalah jenis olahraga
alam bebas yang mana selalu membutuhkan kekuatan, keseimbangan, kecepatan, dan
tenaga yang didukung dengan kemampuan mental para pelakunya. Walaupun kegiatan ini terpaksa harus
memisahkan diri dari Mountaineering, namun ia tetap merupakan cabang dari
mountaineering itu sendiri. Ini adalah kegiatan yang sangat berbahaya
dan dibutuhkan pengetahuan dan latihan. Olah raga ini juga menggunakan
alat-alat panjat yang sangat krusial dan rawan, tetapi dengan teknik dan
pengetahuan yang benar, olah raga ini sangat aman untuk dilakukan.
3. Ice
and Snow Climbing (Mendaki
Gunung Es)
Kedua
jenis kegiatan ini dapat dipisahkan satu sama lain. Ice Climbing adalah
cara-cara pendakian tebing/gunung es, sedangkan Snow Climbing adalah
teknik-teknik pendakian tebing gunung salju.
Dalam
ketiga macam kegiatan di atas tentu didalamnya telah mencakup : Mountcamping,
Mountain Resque, Navigasi, PP pegunungan, teknik-teknik Rock Climbing dan
lain-lain.
v PERSIAPAN MENDAKI GUNUNG
1. Pengenalan Medan
Dalam pengenalan medan seseorang harus memperhitungkan
dan menguasai pengetahuan medan, yaitu membaca peta, menggunakan kompas atau
GPS serta mengetahui perubahan iklim atau cuaca. Cara lain untuk mengetahui medan yang
akan dijalani adalah dengan bertanya pada orang-orang yang pernah mendaki
gunung tersebut dan melalui media massa seperti internet.
2. Persiapan Fisik
Persiapan fisik bagi pendaki gunung merupakan
kemampuan dasar sebelum melaksanakan perjalanan
yang sangat perlu diperhatikan. Tanpa dukungan kekuatan fisik, keberhasilan
perjalanan sangat mustahil untuk dicapai. Maka seorang pendaki juga harus
mengetahui masalah refetisi persiapan fisik.
3. Persiapan Tim
Persiapan
tim adalah memastikan anggota tim yang akan berangkat, membagi tugas tim dan
merencanakan semua yang berkaitan dengan pendakian tersebut.
4. Perlengkapan Peralatan dan Perbekalan
Persiapan
peralatan mendaki gunung merupakan tahap awal yang harus dilakukan jika serius
ingin menggeluti dunia petualangan yang satu meskipun peralatan mendaki gunung
umumnya mahal, namun ini sebanding dengan fungsinya yang merupakan pelindung
keselamatan. Seperti: carriel, sepatu, raincoat, tenda, perlengkapan tidur,
perlengkapan masak, obat-obatan dan lain-lain.
v PENGETAHUAN DASAR BAGI PENDAKI GUNUNG
1. Orientasi Medan
a)
Menentukan
arah perjalanan dan posisi pada peta
Dengan dua titik di medan yang dapat
diidentifikasikan pada gambar di peta. Dengan menggunakan perhitungan
teknik/azimuth, tariklah garis pada kedua titik diidentifikasi tersebut di
dalam peta. Garis perpotongan satu titik yaitu posisi kita pada peta.
b)
Menggunakan
kompas
Untuk membaca peta ada berbagai macam kompas
yang dapat dipakai, yaitu tipe, prisma,silva dan lensa.
c)
Peka
dalam perjalanan
Dengan mempelajari peta, kita dapat
membayangkan kira-kira medan yang akan dilaui atau akan kita daki. menggunakan
peta dan kompas sering dalam praktek sangat sukar dalam menerapkannya di
gunung-gunung yang ada di Indonesia. Hutan yang sangat lebat atau kabut yang
sangat tebal sering kali menyulitkan orientasi. Penanggulangan dari kemungkinan
ini seharusnya dimulai dari awal perjalanan, yaitu dengan mengetahui dan
mengenali secara teliti tempat pertama yang menjadi awal perjalanan.
2. Membaca Keadaan Alam
a.
Keadaan
udara
§ Awan putih berbentuk seperti bulu kambing.
Apabila awan ini hilang atau hanya lewat saja berarti cuaca baik. Sebaliknya
apabila awan ini berkelompok seperti selimut putih maka datanglah cuaca buruk.
§ Perbedaan yang besar antara temperature siang
hari dan malam hari. Apabila tidak angin gunung atau angin lembab atau
pagi-pagi berhembus angina panas, maka diramalkan adanya udara yang buruk. Hal
ini berlaku sebaliknya.
§ Sinar merah pada waktu Matahari akan terbenam.
Sinar merah pada langit yang tidak berawan mengakibatkan esok harinya cuaca
baik. Sinar merah pada waktu Matahari terbit sering mengakibatkan hari tetap
bercuaca buruk.
b. Membaca
sandi-sandi yang diterapkan di alam, menggunakan bahan-bahan dari alam, seperti:
a. Sandi dari batu yang dijejer atau ditumpuk
b. Sandi dari batang/ranting yang
dipatahkan/dibengkokkan
c. Sandi dari rumput/semak yang diikat
d. dll
Tujuan dari penggunaan sandi-sandi ini apabila kita kehilangan arah
dan perlu kembali ke tempat semula atau pulang.
Oleh “Muhammad Tri Asmil”
Makassar, 03 Maret 2013
0 komentar:
Posting Komentar